Bali Jadi Saksi Sejarah: Ketika 20+ Negara Bersumpah Berantas Malaria Hingga Titik Darah Penghabisan

Baca Juga

"Nyamuk kecil memang bisa terbang tinggi, tapi kalau kita semua bersatu seperti semut, dijamin nyamuk bakal kewalahan. Semut kecil tapi kalau berjuta-juta, bisa ngangkat gajah kok." (Sumber foto: Arda Dinata).

Oleh: Arda Dinata

REFERENSI - Bali menjadi saksi bersejarah komitmen 20+ negara Asia Pasifik untuk eliminasi malaria 2030. Indonesia meluncurkan ICMI dan kerja sama lintas batas dengan Papua Nugini untuk wujudkan Zero Malaria bersama.

#ZeroMalaria #EliminasiMalaria2030 #AsiaPasifikBebasMalaria #IndonesiaSehat

"Nyamuk kecil aja bisa bikin ribut satu dunia, apalagi kalau udah bawa-bawa penyakit. Tapi kalau kita bersatu, nyamuk sekecil apapun pasti bisa dibasmi sampai ke akar-akarnya."

Ada cerita tentang seorang nelayan tua di pesisir Papua yang setiap malam harus menyalakan obat nyamuk bakar sambil menangis. Bukan karena pedih asapnya, tapi karena anaknya yang berusia 5 tahun sudah tiga kali masuk rumah sakit akibat malaria dalam setahun terakhir. "Pak, kapan ya nyamuk-nyamuk jahat ini hilang dari kampung kita?" tanya si anak polos. Sang ayah hanya bisa terdiam, sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang, berharap ada keajaiban.

Keajaiban itu ternyata bukan hanya mimpi. Di Pulau Dewata Bali, pada 16-17 Juni lalu, lebih dari 250 pemimpin dari 20+ negara berkumpul dalam Asia Pacific Leaders' Summit on Malaria Elimination. Mereka tidak hanya datang untuk berfoto atau makan siang mewah, tapi benar-benar berkomitmen untuk mengubah nasib jutaan keluarga seperti nelayan Papua tadi.

Zero Malaria bukan sekadar slogan keren yang dipasang di spanduk-spanduk. Ini adalah komitmen serius untuk menyelamatkan nyawa, membebaskan jutaan anak dari ancaman kematian, dan memutus rantai kemiskinan yang disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya bisa dicegah ini. Ketika 20+ negara bersatu dalam satu misi, itu artinya nyamuk Anopheles harus bersiap-siap kehilangan pekerjaan.

Indonesia Memimpin Gerakan: Lahirnya ICMI dan Komitmen Nyata

Indonesia tidak hanya jadi tuan rumah, tapi juga memimpin dari depan dengan meluncurkan Indonesia's Call to End Malaria Initiative (ICMI). Inisiatif ini bukan sekadar program pemerintah biasa yang ujung-ujungnya cuma jadi pajangan di website. ICMI dirancang sebagai gerakan nasional yang melibatkan semua elemen, dari pemerintah pusat hingga RT/RW di pelosok nusantara.

Yang membuat ICMI berbeda adalah pendekatannya yang holistik dan inklusif. Tidak hanya mengandalkan sektor kesehatan, tapi juga melibatkan sektor pendidikan, ekonomi, bahkan pariwisata. Bayangkan, ketika wisatawan mancanegara tahu bahwa Indonesia sudah bebas malaria, otomatis kepercayaan mereka untuk berkunjung akan meningkat drastis.

Komitmen ini juga didukung oleh penandatanganan Komitmen Gubernur yang melibatkan kepala daerah dari seluruh Indonesia. Bukan lagi janji kampanye yang dilupakan setelah pelantikan, tapi komitmen tertulis dengan target jelas dan timeline yang tegas. Setiap gubernur harus mempertanggungjawabkan progress eliminasi malaria di wilayahnya.

Papua Menjadi Fokus Utama: Dari Konsorsium hingga Kerja Sama Lintas Batas

Papua dan Papua Barat memang menjadi tantangan terbesar dalam program eliminasi malaria Indonesia. Wilayah yang kaya akan sumber daya alam ini justru menyimpan 'harta karun' yang tidak diinginkan: lebih dari 60% kasus malaria nasional. Kondisi geografis yang sulit, akses kesehatan terbatas, dan mobilitas penduduk yang tinggi membuat malaria seperti mendapat 'visa permanen' di Tanah Papua.

Namun, summit di Bali melahirkan terobosan baru melalui pembentukan Konsorsium Malaria Papua. Konsorsium ini menggabungkan kekuatan pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dunia usaha, dan komunitas adat dalam satu gerakan bersama. Tidak ada lagi ego sektoral atau kepentingan politik yang menghalangi.

Lebih mencengangkan lagi, Indonesia dan Papua Nugini menandatangani Rencana Aksi Bersama untuk mengatasi masalah malaria lintas batas. Ini bukan diplomasi biasa, tapi kerja sama konkret mengingat nyamuk tidak kenal batas negara. Ketika Indonesia berhasil memberantas malaria di perbatasan, tapi Papua Nugini belum, maka nyamuk bisa dengan mudah 'migrasi' dan menginfeksi penduduk Indonesia lagi.

Dukungan Global: Ketika Tokoh Dunia Turun Tangan

Yang membuat summit ini semakin berbobot adalah dukungan dari tokoh-tokoh global yang kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi. World Health Organization (WHO), Gates Foundation, The Global Fund, dan Asian Development Bank (ADB) tidak hanya memberikan dukungan moral, tapi juga komitmen pendanaan dan transfer teknologi.

Gates Foundation, misalnya, telah berkomitmen menyediakan dana miliaran dollar untuk riset dan pengembangan teknologi eliminasi malaria. Mereka tidak main-main dalam mendukung program ini, mengingat Bill Gates sendiri pernah menyatakan bahwa malaria adalah salah satu musuh terbesar umat manusia yang harus dibasmi tuntas.

WHO sebagai badan kesehatan dunia juga memberikan dukungan teknis berupa panduan, training, dan monitoring system yang sudah terbukti efektif di berbagai negara. Dengan dukungan seperti ini, Indonesia tidak berjalan sendirian dalam menghadapi tantangan eliminasi malaria.

Tips dan Trik: Strategi Jitu Menuju Zero Malaria 2030

Pertama, implementasikan pendekatan "One Health" yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Malaria bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah ekologi dan sosial. Pengendalian breeding site nyamuk harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan masyarakat lokal sebagai garda terdepan.

Kedua, manfaatkan teknologi digital untuk surveillance dan early warning system. Aplikasi mobile bisa digunakan untuk pelaporan kasus secara real-time, mapping area berisiko tinggi, dan koordinasi respons cepat. Dengan teknologi GPS dan artificial intelligence, prediksi outbreak bisa dilakukan dengan akurasi tinggi.

Ketiga, perkuat kapasitas sumber daya manusia di level grassroot. Pelatihan kader kesehatan masyarakat, guru, dan tokoh agama menjadi kunci keberhasilan program. Mereka adalah ujung tombak yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan memiliki credibility tinggi untuk mengubah perilaku.

Keempat, kembangkan model pembiayaan inovatif yang berkelanjutan. Jangan hanya mengandalkan APBN/APBD, tapi juga libatkan sektor swasta melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR) dan impact investment. Malaria elimination bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab semua pihak.

"Nyamuk kecil memang bisa terbang tinggi, tapi kalau kita semua bersatu seperti semut, dijamin nyamuk bakal kewalahan. Semut kecil tapi kalau berjuta-juta, bisa ngangkat gajah kok."

Bali telah menjadi saksi bersejarah lahirnya komitmen bersama untuk mewujudkan Asia Pasifik bebas malaria. Namun, komitmen tanpa aksi nyata hanya akan menjadi dokumen indah yang berdebu di lemari. Saatnya kita semua, dari yang paling atas hingga yang paling bawah, bahu-membahu mewujudkan mimpi besar ini. Karena setiap nyawa yang terselamatkan dari malaria adalah kemenangan kemanusiaan yang tidak ternilai harganya. Mari kita buktikan bahwa Indonesia bisa menjadi pioneer dalam eliminasi malaria di Asia Pasifik, dan memberikan harapan baru bagi jutaan keluarga seperti nelayan Papua yang masih menunggu keajaiban. Wallahu a'lam...


Arda Dinata, adalah Blogger, Peneliti, Penulis Buku dan Pendiri Majelis Inspirasi MIQRA Indonesia.


Daftar Pustaka:

  1. World Health Organization. World Malaria Report 2023. Geneva: WHO Press; 2023.
  2. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Eliminasi Malaria Indonesia 2020-2030. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2020.
  3. Gates Foundation. Innovation for Malaria Elimination: Accelerating Progress Toward Zero. Seattle: Bill & Melinda Gates Foundation; 2023.
  4. Asian Development Bank. Malaria Elimination in the Asia Pacific: Regional Strategy 2030. Manila: ADB Publishing; 2023.

***

Baca Juga

Jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah ini dan mengikuti kami di saluran WhatsApp "ProduktifMenulis.com (Group)" dengan klik link ini: WhatsApp ProduktifMenulis.com (Group) untuk mendapatkan info terbaru dari website ini.

Arda Dinata adalah Penulis di Berbagai Media Online dan Penulis Buku, Aktivitas Kesehariannya Membaca dan Menulis, Tinggal di Pangandaran - Jawa Barat.

www.ArdaDinata.com:  | Share, Reference & Education |
| Sumber Berbagi Inspirasi, Ilmu, dan Motivasi Sukses |
Twitter: @ardadinata 
Instagram: @arda.dinata

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Posting Komentar

Jangan Lupa Tulis Komentar Anda dan Usulan Tema Artikel Yang Anda Inginkan di Kolom Komentar di Bawah Ini Ya! 👇

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak

.